BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah
satu faktor yang
menyebabkan rusaknya lingkungan
hidup yang sampai
saat ini masih tetap
menjadi “PR” besar
bagi bangsa Indonesia
adalah faktor pembuangan limbah sampah
plastik. Kantong plastik
telah menjadi sampah
yang berbahaya dan
sulit dikelola. Manusia
memang dianugerahi Panca
Indera yang membantunya
mendeteksi berbagai hal yang
mengancam hidupnya. Namun
di dalam dunia
modern ini muncul
berbagai bentuk ancaman
yang tidak terdeteksi
oleh panca Indera
kita, yaitu berbagai
jenis racun yang
dibuat oleh manusia
sendiri.
Lebih
dari 75.000 bahan
kimia sintetis telah
dihasilkan manusia dalam
beberapa puluh tahun terakhir.
Banyak darinya yang
tidak berwarna, berasa
dan berbau, namun
potensial menimbulkan bahaya kesehatan.
Sebagian besar dampak
yang diakibatkannya memang berdampak jangka
panjang, seperti kanker,
kerusakan saraf, gangguan
reproduksi dan lain - lain.
Sifat
racun sintetis yang
tidak berbau dan
berwarna, dan dampak
kesehatannya yang berjangka panjang,
membuatnya lepas dari
perhatian kita. Kita
lebih risau dengan
gangguan yang langsung
bisa dirasakan oleh
panca indera kita.
Hal
ini terlebih dalam
kasus sampah, di
mana gangguan bau
yang menusuk dan
pemandangan
(keindahan/kebersihan)
sangat menarik perhatian
panca indera kita.
Begitu dominannya gangguan bau
dan pemandangan dari
sampah inilah yang
telah mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang
lebih mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas,
maka rumusan masalah
pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah yang
di maksud dengan
sampah?
2.
Apa saja
bagian – bagian
sampah?
3.
Bagaimana dampak
sampah bagi kehidupan?
4.
Bagaimana bahaya
sampah plastic bagi
kesehatan dan lingkungan?
5.
Bagaimana cara
mengurangi sampah?
6.
Apa yang
di maksud dengan
prinsip produksi bersih?
C. TUJUAN PENELITIAN:
Untuk
mengetahui bahaya racun
yang ditimbulkan oleh
sampah.
Saat ini sampah
telah banyak berubah.
Setengah abad yang lalu
masyarakat belum banyak mengenal
plastik. Mereka lebih
banyak menggunakan berbagai
jenis bahan organis.
Di masa
1980-an orang masih
menggunakan tas belanja
dan membungkus daging dengan
daun jati. Sedangkan
sekarang kita berhadapan
dengan sampah - sampah jenis
baru, khususnya berbagai
jenis plastik. Sifat
plastik dan bahan
organis sangat berbeda. Bahan organis
mengandung bahan - bahan alami
yang bisa diuraikan
oleh alam dengan
berbagai cara, bahkan
hasil penguraiannya berguna
untuk berbagai aspek
kehidupan.
Sampah
plastic dibuat dari
bahan sintetis, umumnya
menggunakan minyak bumi
sebagai bahan dasar,
ditambah bahan - bahan tambahan
yang umumnya merupakan
logam berat (kadnium, timbal,
nikel) atau bahan
beracun lainnya seperti
Chlor. Racun dari plastik
ini terlepas pada
saat terurai atau
terbakar.
Penguraian
plastic akan melepaskan
berbagai jenis logam
berat dan bahan
kimia lain yang
dikandungnya. Bahan kimia
ini terlarut dalam
air atau terikat
di tanah, dan kemudian
masuk ke tubuh
kita melalui makanan
dan minuman.
Sedangkan
pembakaran plastic menghasilkan
salah satu bahan
paling berbahaya di
dunia, yaitu Dioksin. Dioksin
adalah salah satu
dari sedikit bahan
kimia yang telah
diteliti secara intensif
dan telah dipastikan
menimbulkan Kanker. Bahaya
dioksin sering disejajarkan dengan
DDT, yang sekarang
telah dilarang di
seluruh dunia. Selain
dioksin, abu hasil
pembakaran juga berisi
berbagai logam berat
yang terkandung di
dalam plastik.
D. MANFA’AT PENELITIAN
Dengan
adanya penelitian ini
diharapkan akan memberikan
manfa’at yaitu :
Dapat
mengetahui sampah yang
ada di Indonesia,
bagian - bagiannya, dampak yang ditimbulkannya, bahayanya
bagi kesehatan dan
lingkungan khususnya sampah
plasik, cara mengurangi dan
mengerti tentang prinsip
produksi bersih.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. TEORI
1. Pengertian Sampah
Sampah adalah
bahan yang tidak
mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk maksud
biasa atau utama
dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat
dalam pembikinan
manufaktur atau materi
berkelebihan atau ditolak
atau buangan”. Sampah adalah
suatu bahan yang
terbuang atau dibuang
dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun
proses alam yang
belum memiliki nilai
ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,
Ecolink, 1996). Berangkat
dari pandangan tersebut
sehingga sampah dapat
dirumuskan sebagai bahan
sisa dari kehidupan
sehari – hari masyarakat. Sampah yang
harus dikelola tersebut
meliputi sampah yang
dihasilkan dari:
1. Rumah tangga
2. kegiatan komersial:
pusat perdagangan, pasar,
pertokoan, hotel, restoran,
tempat hiburan.
3. fasilitas sosial:
rumah ibadah, asrama,
rumah tahanan/penjara, rumah
sakit, klinik, Puskesmas
4. fasilitas umum:
terminal, pelabuhan, bandara,
halte kendaraan umum,
taman, jalan,
5. Industri
6. hasil pembersihan
saluran terbuka umum,
seperti sungai, danau,
pantai.
Sampah padat
pada umumnya dapat
di bagi menjadi
dua bagian
Ø Sampah Organik
Sampah
organik (biasa disebut
sampah basah) dan
sampah anorganik (sampah
kering). Sampah Organik terdiri
dari bahan - bahan penyusun
tumbuhan dan hewan
yang diambil dari
alam atau dihasilkan
dari kegiatan pertanian,
perikanan atau yang
lain.
Sampah ini dengan
mudah diuraikan dalam
proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan
organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa
tepung, sayuran dll.
Ø Sampah Anorganik
Sampah Anorganik
berasal dari sumber
daya alam tak
terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau
dari proses industri.
Beberapa dari bahan
ini tidak terdapat
di alam seperti
plastik dan aluminium.
Sebagian zat anorganik
secara keseluruhan tidak
dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan
dalam waktu yang
sangat lama. Sampah
jenis ini pada
tingkat rumah tangga,
misalnya berupa tas
plastic dan botol
kaleng
Kertas, koran,
dan karton merupakan
pengecualian. Berdasarkan asalnya,
kertas, koran, dan
karton termasuk sampah
organik. Tetapi karena
kertas, koran, dan
karton dapat didaur
ulang seperti sampah
anorganik lain (misalnya
gelas, kaleng, dan
plastik), maka dimasukkan ke
dalam kelompok sampah
anorganik.
2. Dampak
Sampah bagi Manusia
dan lingkungan
Sudah kita
sadari bahwa pencemaran
lingkungan akibat perindustrian
maupun rumah tangga
sangat merugikan manusia,
baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Melalui kegiatan
perindustrian dan teknologi
diharapkan kualitas kehidupan
dapat lebih ditingkatkan.
Namun seringkali peningkatan
teknologi juga menyebabkan
dampak negatif yang tidak
sedikit.
Dampak bagi
kesehatan
Lokasi dan
pengelolaan sampah yang
kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan
tempat yang cocok
bagi beberapa organisme
dan menarik bagi
berbagai binatang seperti
lalat dan anjing
yang dapat menimbulkan
penyakit.
Potensi bahaya
kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
a.
Penyakit
diare, kolera, tifus
menyebar dengan cepat
karena virus yang
berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak
tepat dapat bercampur
air minum. Penyaki t demam berdarah (haemorhagic
fever) dapat juga
meningkat dengan cepat
di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
b.
Penyakit
jamur dapat juga
menyebar (misalnya jamur
kulit).
c.
Penyakit
yang dapat menyebar
melalui rantai makanan.
Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang
dijangkitkan oleh cacing
pita (taenia). Cacing
ini sebelumnya masuk ke
dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya
yang berupa sisa
makanan/sampah.
d.
Sampah
beracun: Telah dilaporkan
bahwa di Jepang
kira - kira 40.000 orang
meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang
telah terkontaminasi oleh
raksa (Hg). Raksa
ini berasal dari
sampah yang dibuang
ke laut oleh
pabrik yang memproduksi
baterai dan akumulator
e.
Dampak
Terhadap Lingkungan
Cairan
rembesan sampah yang
masuk ke dalam
drainase atau sungai
akan mencemari air. Berbagai
organisme termasuk ikan
dapat mati sehingga
beberapa spesies akan
lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian
sampah yang dibuang ke
dalam air akan
menghasilkan asam organic
dan gas - cair organik,
seperti metana. Selain
berbau kurang sedap,
gas ini dalam
konsentrasi tinggi dapat
meledak.
f.
Dampak
terhadap keadaan social dan
ekonomi
Pengelolaan
sampah yang kurang
baik akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat: bau yang
tidak sedap dan
pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran
dimana - mana.
g.
Memberikan
dampak negatif terhadap
kepariwisataan.
Pengelolaan
sampah yang tidak
memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting
di sini adalah
meningkatnya pembiayaan secara
langsung (untuk mengobati orang
sakit) dan pembiayaan
secara tidak langsung
(tidak masuk kerja,
rendahnya produktivitas).
h.
Pembuangan
sampah padat ke
badan air dapat
menyebabkan banjir dan
akan memberikan dampak
bagi fasilitas pelayanan
umum seperti jalan,
jembatan, drainase, dan
lain - lain.
i.
Infrastruktur lain
dapat juga dipengaruhi
oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti tingginya
biaya yang diperlukan
untuk pengolahan air.
Jika sarana penampungan
sampah kurang atau
tidak efisien, orang
akan cenderung membuang
sampahnya di jalan. Hal
ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
2. Bahaya
Sampah Plastik bagi
Kesehatan dan Lingkungan
NETIZEN Salah
satu faktor yang
menyebabkan rusaknya lingkungan
hidup yang sampai saat
ini masih tetap
menjadi “PR” besar
bagi bangsa Indonesia
adalah faktor pembuangan
limbah sampah plastik.
Kantong plastic telah
menjadi sampah yang
berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu
puluhan bahkan ratusan
tahun untuk membuat
sampah bekas kantong plastic itu
benar - benar terurai. Namun
yang menjadi persoalan
adalah dampak negatif sampah plastic
ternyata sebesar fungsinya
juga. Dibutuhkan waktu
1000 tahun agar
plastik dapat terurai
oleh tanah secara
terdekomposisi atau terurai
dengan sempurna. Ini adalah
sebuah waktu yang
sangat lama. Saat
terurai, partikel - partikel plastik
akan mencemari tanah
dan air tanah.
Jika dibakar,
sampah plastic akan
menghasilkan asap beracun
yang berbahaya bagi kesehatan yaitu
jika proses pembakaranya
tidak sempurna, plastik
akan mengurai di
udara sebagai dioksin. Senyawa
ini sangat berbahaya
bila terhirup manusia.
Dampaknya antara lain memicu
penyakit kanker, hepatitis,
pembengkakan hati, gangguan
system saraf dan
memicu depresi. Kantong
plastic juga penyebab
banjir, karena menyumbat
saluran - saluran air, tanggul.
Sehingga mengakibatkan banjir
bahkan yang terparah
merusak turbin waduk.
Diperkirakan 500
juta hingga satu
miliar kantong plastik
digunakan di dunia
tiap tahunnya. Jika sampah – sampah ini
dibentangkan maka, dapat
membukus permukaan bumi
setidaknya hingga 10
kali lipat! Coba
anda bayangkan begitu
fantastisnya sampah plastik yang
sudah terlampau menggunung
di bumi kita
ini. Dan tahukah
anda ? Setiap tahun,
sekitar 500 milyar
– 1 triliyun
kantong plastic digunakan
di seluruh dunia. Diperkirakan setiap
orang menghabiskan 170
kantong plastic setiap
tahunnya (coba kalikan
dengan jumlah penduduk
kotamu!) Lebih dari
17 milyar kantong
plastik dibagikan secara
gratis oleh supermarket
di seluruh dunia
setiap tahunnya. Kantong
plastic mulai marak
digunakan sejak masuknya
supermarket di kota - kota
besar.
Sejak proses
produksi hingga tahap
pembuangan, sampah plastic
mengemisikan gas rumah kaca
ke atmosfer. Kegiatan
produksi plastic membutuhkan
sekitar 12 juta
barel minyak dan
14 juta pohon
setiap tahunnya. Proses
produksinya sangat tidak
hemat energi. Pada tahap
pembuangan di lahan
penimbunan sampah (TPA),
sampah plastik mengeluarkan
gas rumah kaca.
3. Usaha
Pengendalian Sampah
Untuk menangani
permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan
alternatif pengolahan yang benar.
Teknologi landfill yang
diharapkan dapat menyelesaikan
masalah lingkungan akibat sampah,
justru memberikan permasalahan
lingkungan yang baru. Kerusakan tanah,
air tanah, dan air
permukaan sekitar akibat
air lindi, sudah
mencapai tahap yang
membahayakan kesehatan masyarakat,
khususnya dari segi
sanitasi lingkungan.
Gambaran yang
paling mendasar dari
penerapan teknologi lahan
urug saniter (sanitary landfill) adalah
kebutuhan lahan dalam
jumlah yang cukup
luas untuk tiap
satuan volume sampah yang
akan diolah. Teknologi
ini memang direncanakan
untuk suatu kota
yang memiliki lahan dalam
jumlah yang luas
dan murah.
Pada kenyataannya
lahan di berbagai
kota besar di
Indonesia dapat dikatakan
sangat terbatas dan
dengan harga yang
tinggi pula. Dalam hal
ini, penerapan lahan
urug saniter sangatlah
tidak sesuai.
Berdasarkan pertimbangan
di atas, dapat
diperkirakan bahwa teknologi
yang paling tepat untuk
pemecahan masalah di
atas, adalah teknologi
pemusnahan sampah yang
hemat dalam penggunaan
lahan. Konsep utama
dalam pemusnahan sampah
selaku buangan padat adalah
reduksi volume secara
maksimum. Salah satu
teknologi yang dapat
menjawab tantangan tersebut
adalah teknologi pembakaran
yang terkontrol atau
insinerasi, dengan
menggunakan insinerator. Teknologi
insinerasi membutuhkan luas
lahan yang lebih
hemat, dan disertai
dengan reduksi volume
residu yang tersisa
( fly ash dan
bottom ash ) dibandingkan dengan
volume sampah semula.
Ternyata pelaksanaan teknologi
ini justru lebih banyak
memberikan dampak negative
terhadap lingkungan berupa
pencemaran udara. Produk pembakaran
yang terbentuk berupa
gas buang COx,
NOx, SOx, partikulat,
dioksin, furan, dan
logam berat yang
dilepaskan ke atmosfer
harus dipertimbangkan.
Selain itu proses
insinerator menghasilakan Dioxin
yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, misalnya kanker,
system kekebalan,
reproduksi, dan masalah
pertumbuhan.
Global Anti - Incenatot Alliance
(GAIA) juga menyebutkan
bahwa incinerator juga merupakan sumber
utama pencemaran Merkuri.
Merkuri merupakan racun
saraf yang sangat
kuat, yang mengganggu
sistem motorik, sistem
panca indera dan
kerja sistem kesadaran.
Belajar dari
kegagalan program pengolahan
sampah di atas,
maka paradigma penanganan sampah sebagai
suatu produk yang
tidak lagi bermanfaat
dan cenderung untuk
dibuang begitu saja
harus diubah. Produksi
Bersih (Clean Production)
merupakan salah satu pendekatan untuk
merancang ulang industri
yang bertujuan untuk
mencari cara - cara
pengurangan produk - produk samping
yang berbahaya, mengurangi
polusi secara keseluruhan, dan
menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus
ekologis.
4. Prinsip - prinsip Produksi
Bersih
Prinsip - prinsip
yang juga bisa
diterapkan dalam keseharian,
misalnya, dengan menerapkan
Prinsip 4R, yaitu:
Reduce
(Mengurangi); sebisa mungkin
lakukan minimalisasi barang
atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita
menggunakan material, semakin
banyak sampah yang
dihasilkan.
Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang - barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang - barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.
Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang - barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang - barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.
Tidak
semua barang bisa
didaur ulang, namun
saat ini sudah
banyak industri non - formal
dan industri rumah
tangga yang memanfaatkan
sampah menjadi barang lain.
Teknologi daur ulang,
khususnya bagi sampah
plastik, sampah kaca,
dan sampah logam,
merupakan suatu jawaban
atas upaya memaksimalkan
material setelah menjadi sampah,
untuk dikembalikan lagi
dalam siklus daur
ulang material tersebut.
Replace (
Mengganti); teliti barang
yang kita pakai
sehari - hari. Gantilah barang barang
yang hanya bisa
dipakai sekali dengan
barang yang lebih
tahan lama. Juga
telitilah agar kita
hanya memakai barang – barang yang
lebih ramah lingkungan,
Misalnya, ganti kantong
keresek kita dengan
keranjang bila berbelanja,
dan jangan pergunakan Styrofoam
karena kedua bahan
ini tidak bisa
didegradasi secara alami.
Selain
itu, untuk menunjang
pembangunan yang berkelanjutan
( sustainable development ),
saat ini
mulai dikembangkan penggunaan
pupuk organic yang diharapkan dapat
mengurangi penggunaan pupuk
kimia yang harganya
kian melambung. Penggunaan
kompos telah terbukti
mampu mempertahankan kualitas
unsure hara tanah,
meningkatkan waktu retensi air
dalam tanah, serta
mampu memelihara mikroorganisme
alami tanah yang
ikut berperan dalam
proses adsorpsi humus
oleh tanaman.
Penggunaan
kompos sebagai produk
pengolahan sampah organik
juga harus diikuti
dengan kebijakan dan strategi
yang mendukung. Pemberian
insentif bagi para
petani yang hendak mengaplikasikan pertanian
organic dengan menggunakan
pupuk kompos, akan
mendorong petani lainnya untuk
menjalankan system pertanian
organik. Kelangkaan dan
makin membubungnya harga pupuk
kimia saat ini,
seharusnya dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah untuk
mengembangkan system pertanian
organik.
5. Peran
Pemerintah dalam Menangani
Sampah
Dari perkembangan
kehidupan masyarakat dapat
disimpulkan bahwa penanganan
masalah sampah tidak dapat
semata - mata ditangani oleh
Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada
tingkat perkembangan kehidupan
masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran
ke pendekatan sumber
dan perubahan paradigma
yang pada gilirannya memerlukan
adanya campur tangan
dari Pemerintah. Pengelolaan sampah
meliputi kegiatan pengurangan,
pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan,
pengangkutan, pengolahan. Berangkat
dari pengertian pengelolaan
sampah dapat disimpulkan adanya
dua aspek, yaitu
penetapan kebijakan (beleid,
policy) pengelolaan sampah,
dan pelaksanaan pengelolaan
sampah.Kebijakan pengelolaan sampah
harus dilakukan oleh
Pemerintah Pusat karena
mempunyai cakupan nasional. Kebijakan
pengelolaan sampah ini
meliputi :
Penetapan instrumen
kebijakan:
instrumen regulasi: penetapan
aturan kebijakan (beleidregels), undang - undang dan
hukum yang jelas tentang
sampah dan perusakan
lingkungan instrumen ekonomik:
penetapan instrumen ekonomi
untuk mengurangi beban
penanganan akhir sampah
(system insentif dan disinsentif)
dan pemberlakuan pajak bagi
perusahaan yang menghasilkan
sampah, serta melakukan
uji dampak lingkungan.
Mendorong pengembangan
upaya mengurangi (reduce),
memakai kembali (re - use),
dan mendaur – ulang
(recycling) sampah, dan
mengganti (replace),
Pengembangan produk dan
kemasan ramah lingkungan, Pengembangan
teknologi, standar dan prosedur
penanganan sampah: Penetapan kriteria
dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah,
penetapan lokasi pengolahan
akhir sampah, luas
minimal lahan untuk
lokasi pengolahan akhir
sampah, penetapan lahan
penyangga.
6. Kompos,
Alternatif Problem Sampah
Sampah terdiri
dari dua bagian,
yaitu bagian organic
dan anorganik. Rata - rata
persentase bahan organik sampah
mencapai ±80%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Pengomposan dapat
mengendalikan bahaya pencemaran
yang mungkin terjadi dan
menghasilkan keuntungan.
Teknologi pengomposan sampah
sangat beragam, baik secara
aerobic maupun anaerobik,
dengan atau tanpa
bahan tambahan.
Pengomposan merupakan
penguraian dan pemantapan
bahan – bahan organik secara biologis dalam
temperature thermophilic (suhu
tinggi) dengan hasil
akhir berupa bahan yang
cukup bagus untuk diaplikasikan ke
tanah. Pengomposan dapat
dilakukan secara bersih
dan tanpa menghasilkan
kegaduhan di dalam
maupun di luar
ruangan.
Teknologi pengomposan
sampah sangat beragam,
baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan
tambahan. Bahan tambahan
yang biasa digunakan
Activator Kompos seperti
Green Phoskko Organic
Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism) atau
menggunakan cacing guna
mendapatkan kompos (vermicompost). Keunggulan dari
proses pengomposan antara
lain teknologinya yang
sederhana, biaya penanganan yang
relatif rendah, serta
dapat menangani sampah
dalam jumlah yang
banyak (tergantung luasan
lahan).
Pengomposan secara
aerobik paling banyak
digunakan, karena mudah
dan murah untuk dilakukan, serta
tidak membutuhkan control
proses yang terlalu
sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh
mikroorganisme di dalam
bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan
secara anaerobic memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara
dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir
dari pengomposan ini
merupakan bahan yang
sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah - tanah
pertanian di Indonesia, sebagai
upaya ntuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan
biologi tanah, sehingga produksi
tanaman menjadi lebih
tinggi.
Kompos
yang dihasilkan dari
pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan
struktur lahan kritis, menggemburkan
kembali tanah pertanian,
menggemburkan kembali tanah pertamanan, sebagai
bahan penutup sampah
di TPA, eklamasi
pantai pasca penambangan, dan sebagai
media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk
kimia. Bahan baku pengomposan
adalah semua material
organik yang mengandung
karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah
hijauan, sampah kota,
lumpur cair dan
limbah industri pertanian
Tag :
I. Artikel
0 Komentar untuk "Contoh Karya Ilmiah Remaja ( Sampah )"